Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan

Senin, 04 Juni 2012

Kisah Socrates Jadi Muallaf

Alkisah Socrates masuk Islam. Kemudian selagi ngabuburit di Indonesia bersama gebetannya, datanglah waktu sholat maghrib. Maka Socrates menyempatkan mampir di sebuah masjid. Sedangkan si pacar menunggu di warung terdekat.
Lalu ia ikut sholat berjamaah. Karena baru muallaf ia berusaha keras agar bisa terlihat tenang seperti orang Islam lainnya. Dari awal hingga akhir, ia praktikkan semua ajaran yang ia pelajari dari guru-guru atau buku-buku mengenai keIslaman. Karena basicnya Socrates seorang filosuf, maka tidak terlalu sulit baginya untuk terus menambah khazanah keilmuan agama barunya tersebut. Apalagi soal rukun Islam

Rabu, 23 Mei 2012

Cinta dan penyesalan ( Cerita Inspiratif )

 Semoga peristiwa di bawah ini membuat kita belajar bersyukur untuk apa yang kita miliki :
               Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri. Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka. Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku. Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya.